Rabu, 04 April 2012


Intisari Kitab Al Hikam

Pasal 1 : Ketentuan Dari Yang Maha Menentukan

1. Berkurangnya Harapan Ketika Gagal 
          Apabila kita memiliki anggapan bahwa segala sesuatu yang kita petik di dunia ini atas jerih payah sendiri, maka kita berarti membanggakan diri terhadap kemampuan kita. Kita akan menemukan penyesalan apabila gagal. Kita akan menyesal apabila hasilnya tak sesuai harapan kita.
          Kita sering lupa bahwa dibalik daya upaya diri kita itu ada kekuatan yang Maha Dasyat. Kekuatan Yang Berkuasa dan menentukan harapan-harapan kita. Apabila hati kita jernih, maka kita akan melihat bahwa asal penyebab di balik jerih  payah yang kita lakukan dan hasil yang didapat hanyalah dari ALLAH semata.
           Kenyakinan ini haruslah tertanam dalam hati, agar ketika kita masuk dalam permainan dunia ini terantuk batu sandungan; GAGAL!!! Begitu juga sebaliknya apabila kita BERHASIL dalam mencapai harapan, maka kita tidak akan khufur nikmat.
           Kebanyakan dari kita lupa diri. Kita menyangka bahwa semua harapan itu dapat kita usahakan dengan kekuatan kita sendiri. Karenanya ketika sudah mendapat kenikmatan hidup, kita menjadi berbangga diri, pongahjumawa. Kita ingkar terhadap nikmat yang dirasakan. Kita lupa bahwa yang menentuka semua itu adalah ALLAH SWT. Tanpa campur tangan-NYA tak mungkin dapat mencapai kenikmatan itu.
         INGATLAH!! jika kita lupa bahwa takdir ALLAH itu sangat mempengaruhi jerih payah kita, maka kita pasti kecewa ketika menemui kegagalan.
         Tetapi apabila kita sadar terhadap adanya penyebab kegagalan di balik usaha, maka kegagalan akan kita pandang sebagai peringatan guna memperkuat kesadaran dalam berkehendak. Orang yang mengaku bertakwa dan mencari ridho-NYA, tentu menyandarkan harapannya kepada Yang Maha Mengabulkan cita-cita. Karena disetiap kehendak dan harapan kita selalu ada campur tangan ALLAH dalam pewujudannya.
2. Terimalah Yang Telah Dia Berikan
         ALLAH SWT tidak hanya menciptakan kehidupan akhirat. ALLAH juga menciptakan kehidupan duniawi. Kita terlalu terbenam dalam rutinitas ritual-ritual yang justru menghabiskan umur dengan sia-sia, tak bermanfaat bagi sesama manusia. Kita berkeinginan dekat kepada ALLAH, lalu duduk berlama-lama memutar biji tasbih, terpekur sampai tengkuk terasa kaku. Kita memperbanyak amalan-amalan sunah, sampai-sampai yang wajib kita lupakan.
        Sikap seperti ini pertanda kita hanya mengejar kehidupan akhirat belaka. Kita melupakan hak dan kewajiban sebagai makhluk di muka bumi. Padahal ALLAH menjadikan manusia sebagai khalifah, sebagai pengatur dan penguasa dunia.
       Kita lupa bahwa diri kita punya hak dan kewajiban untuk memiliki istri dan anak, mencari nafkah dan bergaul dengan sesama. Jika kita bersikap mementingkan diri sendiri karena memburu akhirat, maka kita akan melupakan kewajiban terhadap sesama manusia, terhadap anak dan istri kita dan terhadap orang-orang di sekitar kita.
       Atau justru sebaliknya, kita tidak memikirkan akhirat sama sekali, hanya sibuk mencari dan mengumpulkan kekayaan. Siang dan Malam membanting tulang, tak henti-hentinya mengumpulkan energi dan memeras keringat. Semua itu dilakukan untuk mencapai kenikmatan duniawi. Ingatlah, ALLAH tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga menyediakan akhirat.
        Jika kita tenggelam dalam lautan duniawi belaka, lalu mana persiapan untuk akhirat kita? Kenikmatan hidup di dunia ini hanya sekejap. Bagaikan musafir yang singgah di bawah sebuah pohon untuk berteduh.
       Sebagi seorang yang bermata hati, hendaknya jangan mementingkan urusan akhirat saja. Karena keinginan itu merupakan keinginan hawa nafsu. Sebaliknya, jangan pula mementingkan urusan duniawi. Itu pun merupakan keinginan hawa nafsu.
      Orang-orang yang tajam penglihatannya, tentu dapat mengatur keseimbangan antara kepentingan akhirat dan kehidupan duniawi. Masing-masing mendapatkan porsi yang sama dan seimbang. Orang-orang ini sadar bahwa ALLAH telah menyediakan kenikmatan duniawi yang harus dicapai dengan jerih payah. ALLAH juga menjanjikan akhirat yang harus diraih dengan jerih payah pula. Karenanya, dalam masalah ini yang terpenting adalah diperlukan sikap untuk berserah diri kepada ALLAH, bersikap menerima atas kehendak-NYA terhadap penghidupan kita.
3. Semangatmu Yang Menggebu Takkan Dapat Menembus Tirai Takdir
4. Tak Perlu Mengurus Urusan Allah
5. Mata Hatimu Buta Karena Dunia
6. Allah Memberi Bukan Karena Kehendakmu
7. Allah Tak Pernah Ingkar Janji
8. Pengorbanan dan Amal Shalihmu Tak Sebanding dengan KaruniaNya.
    (Bersambung)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar