Humor Sufi: Abu Nawas Mendemo Hakim
REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang
mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang
adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan
Mesir.
Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian
diteruskan olwh si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas
menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka. "Sekarang pulanglah kalian.
Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa
cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu!"
Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka manut saja
kepada sang guru, karena mereka merasa yakin gurunya selalu membuat kejutan dan
berada di pihak yang benar.
Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan
membawa peralatan yang dimintanya. "Hai kalian semua, pergilah malam hari
ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi!" perintah Abu Nawas.
"Hah! Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua
muridnya keheranan.
"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah
gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya.
"Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau pedulikan, terus pecahkan saja
rumah Tuan Kadi yang baru itu. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang
menyuruh merusak. Barangsiapa yang
hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan lemparilah dengan
batu!"
Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke
arah Tuan Kadi. Laksana demonstran, mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah
Tuan Kadi. Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakuan mereka.
Lebih-lebih ketika tanpa basa-basi lagi mereka langsung merusak rumah Tuan
Kadi. Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena
jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani
mencegah.
Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera
keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak
rumahku?"
Murid-murid itu menjawab,"Guru kami, Tuan Abu Nawas,
yang menyuruh kami!" Habis menjawab begitu, mereka bukannya berhenti malah
terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan
tanah.
Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak ada orang yang
berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku
akan melaporkannya kepada Baginda," katanya geram.
Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam
sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda.
Setelah menghadap Baginda, Abu Nawas ditanya, "Hai Abu
Nawas apa sebabnya kau merusak rumah
Kadi itu?"
Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada
suatu malam hamba bermimpi, bahwasannya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak
rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih
bagus lagi. Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi."
"Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah
perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?" tanya
Baginda heran.
Dengan tenang Abu Nawas menjawab, "Hamba juga memakai
hukum Tuan Kadi yang baru ini, Tuanku."
Mendengar perkataan Abu Nawas, seketika wajah Tuan Kadi
pucat pasi. la terdiam seribu bahasa.
"Hai Kadi, benarkah kau mempunyai hukum seperti
itu?" tanya Baginda.
Tuan Kadi diam tiada menjawab, wajahnya kian pucat, tubuhnya
gemetaran karena takut.
"Abu Nawas, jangan membuatku pusing. Jelaskan kenapa
ada peristiwa seperti ini!" perintah Baginda.
"Baiklah, "Abu Nawas berkata tenang.
"Baginda... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke
negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali.
Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas
kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar
kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu
saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di
sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi. Ia ternyata merampas semua harta benda
milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan
akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa."
Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih
belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si
pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di
depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan
Baginda.
Baginda berkata, "Hai anak Mesir, ceritakanlah
hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini!"
Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu
Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi, yaitu Pak Tua pemilik tempat kost
dia menginap.
"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang
Kadi yang bejad moralnya." Baginda
sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas
dan diberikan kepada si pemuda Mesir.
Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu
dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan
Abu Nawas.
Namun Abu Nawas berkata, "Janganlah engkau memberiku
barang sesuatu pun. Aku tidak akan menerimanya sedikit pun jua."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar